Judul Asli: PENYEMPURNAAN
ANTI BAKTERI DAN TOLAK
DARAH
UNTUK BAJU BEDAH
Oleh: Emsidelva Okasti, Firliani K, Linda, Liyana &
Louise Mersenne
Mahasiswa Kimia Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (Textile University in Indonesia"
PENDAHULUAN
Baju bedah operasi digunakan oleh paramedis untuk
melakukan operasi selama kurang lebih 2 jam (operasi biasa)
dalam kondisi ruangan tertentu.
Sehingga paramedis membutuhkan
perlengkapan yang memiliki
kenyamanan yang tinggi. Kapas
merupakan salah satu pilihan
serat untuk memenuhi
kenyamanan tersebut, karena
serat kapas mudah
didapat dan memiliki
moisture regain yang tinggi (7 – 8,5%) sehingga dapat menyerap keringat
dengan baik.
Lamanya waktu operasi menyebabkan paramedis banyak
mengeluarkan energi dan keringat
yang mengandung bakteri. Percikan
darah pasien dapat mengenai baju
bedah medis pada
saat terjadi kontak antara paramedis dengan pasien selama
operasi berlangsung. Oleh karena
itu diperlukan baju
bedah yang anti bakteri
dan dapat menahan perembesan serta
mudah dibersihkan dari noda darah. Baju
bedah yang digunakan dalam
ruang operasi juga memerlukan perlindungan
yang tinggi terhadap HIV dan HBV.
Proses sterilisasi
baju bedah biasa
dilakukan dengan perendaman air panas
atau dengan suhu dan tekanan tinggi di dalam autoclave
(130 °C, 2 atm),
sehingga baju bedah
membutuhkan resin yang memiliki
ketahanan terhadap pemanasan dan kondisi autoclave. Resin
anti kusut merupakan
senyawa pengikat silang
yang dapat digunakan
bersamaan dengan zat
anti bakteri yang menyebabkan
anti bakteri lebih kuat berikatan dengan serat yang
mempunyai efek bawaan mengurangi derajat kekusutan dalam
pemakaiannya. Penggunaan resin
anti kusut dan
zat anti bakteri secara
bersamaan dikarenakan zat anti
bakteri tidak bersifat permanen. Standar
baju bedah yang digunakan pada umumnya
berwarna hijau. Ini
dimaksudkan untuk mengatasi
efek shadow , yaitu efek
yang timbul akibat mata
lelah. Operasi biasanya
berlangsung minimal 2 jam, dan dalam jangka waktu tersebut
mata paramedis yang melakukan operasi
mengalami kontak
terus-menerus dengan warna
merah yang berasal dari
darah. Mata yang kelelahan akibat
situasi demikian akan melihat warna putih atau lainnya dalam
beberapa detik sebagai
hijau, dan ini dapat mengganggu konsentrasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah suspensi dari partikel dalam
larutan koloid cairan
elektrolit. Komponen cair
darah yang disebut
plasma terdiri dari
91 – 92
% air yang
berperan sebagai medium transpor, dan 7 – 9 % zat padat yang terdiri dari
protein-protein seperti albumin,
globulin, dan fibrinogen. Komponen
utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb). Fluoropolimer
merupakan senyawa tolak air
yang baik yang juga
memiliki
kemampuan
menolak minyak dan
noda dengan cara mengurangi
energi permukaan kritis pada
permukaan serat tekstil. Sedangkan komposisi darah menyerupai kombinasi
air (plasma darah),
minyak dan noda (protein),
sehingga dengan demikian,
fluoropolimer dapat pula digunakan sebagai
zat penyempurnaan tahan darah.
Kombinasi penggunaan zat
anti bakteri dan fluoropolimer
dipandang sesuai untuk bahan
yang harus terlindungi
dari mikroorganisme (MRSA, Methicillin Resistance
Staphilococcus Aureus ,
yaitu bakteri yang
tahan terhadap antibiotik
dan dapat menular
melalui pernafasan) dan
darah, tetapi sejauh
ini tidak ditemukan
informasi mengenai
penggunaan kombinasinya
padahal hal tersebut
sangat baik untuk identifikasi konsentrasi optimum.
Zat
anti bakteri yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah Sanitized ® T
96-20 , yaitu senyawa
fenoksi terhalogenasi. Larutannya
memiliki pH 6,2 –
8,2 (20 °C, 50
g/L), bersifat nonionik,
dan berwarna kekuning-kuningan. Pemakaiannya
dapat dikombinasikan dengan
zat-zat lainnya seperti
resin, binder, fluorokarbon dan
zat penyempurnaan lainnya.
BAHAN DAN
METODE
Persiapan Penyempurnaan
Kain grey kapas
dihilangkan kanjinya dan dimasak
serta dikelantang secara simultan dengan sistem kontinyu menggunakan Pitchrun L-30 .
Pencelupan dan
Penyempurnaan
Kain dicelup menggunakan
zat warna reaktif dingin warna
hijau sesuai standar hijau yang ditetapkan untuk baju bedah (berdasarkan
hasil pengukuran warna pada baju
bedah standar). Selanjutnya kain
disempurnakan dengan larutan
penyempurnaan yang
mengandung Sanitized T
96-20 (1% dan
2% owf), glioksal
sebagai zat pengikat silang (5, 10, 15% owf), 3% owf
Aversin KFC-I sebagai
senyawa tahan darah,
dan katalis MgCl 2
10 g/l. Ke dalam
larutan tersebut juga
ditambahkan pembasah sebanyak 2 ml/l. Kain dibenamperas dengan
WPU 80%, lalu dikeringkan, dan
dipanasawetkan pada suhu 130 °C
selama 2 menit.
Analisa dan Pengujian
Hasil percobaan dievaluasi
dengan Uji Siram (
SII.0124-75), Tahan Luntur Warna Terhadap
Keringat (SII 0117-75),
Daya Tembus Udara
Pada Kain (SII 1230-85),
Kekuatan Tarik dan Mulur
Kain Tenun (SII
0106 – 75). Pengukuran warna
menggunakan spektrofotometri dilakukan
untuk mengevaluasi daya tolak
darah dan noda kain hasil penyempurnaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengujian terhadap kain
kapas 100% dengan
penyempurnaan anti bakteri dan
tahan darah dalam pembuatan baju bedah opersi maka dapat diuraikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Daya Tembus Udara
DTU (daya tembus
udara) kain yang telah
dicuci berulang memiliki nilai rata-rata
4,39 cm 2/detik/cm 3, jauh
lebih rendah daripada
kain yang belum dicuci berulang, yaitu 11 cm 2/detik/cm
3. Pada saat dilakukan proses pengeringan dan termofiksasi digunakan suhu
tinggi sehingga kain menjadi
statik dan lebih keras.
Pada kain hasil
pengujian tanpa pencucian berulang
struktur molekul dari
serat kapas menjadi
lebih kompak karena proses
penyempurnaan yang
mengakibatkan penambahan struktur molekul dari
polimerisasi glioksal dan penambahan zat
anti bakteri serta fluorokarbon yang
diproses pada suhu tinggi
kain. Hal ini mengakibatkan kain menjadi sukar ditembus udara.
Pada kain
yang telah mengalami
proses cuci berulang
stabilitas kekompakan serat
terganggu yang mengakibatkan
bergesernya molekul satu
dengan yang lain.
Struktur molekul serat yang
telah bergeser akan
memberikan ruang-ruang di dalam
serat sehingga udara lebih mudah
masuk.
2 Kekuatan Tarik
Pengujian kekuatan
tarik pada kain
yang telah diberi
zat anti bakteri
tidak dapat dilakukan
secara maksimal karena tidak
dilakukan uji tumbuh bakteri pada kain
tersebut sehingga tidak diketahui efek
dari zat anti
bakterinya terhadap penambahan
kekuatan tarik pada kain tersebut. Penambahan
kekuatan tarik disebabkan oleh struktur molekul serat
yang bertambah padat
karena penambahan resin, yang
berikatan dengan serat
dan mengisi ruang-ruang kosong
dalam serat, struktur molekul
dalam kapas menjadi lebih rapat
sehingga gaya yang mengenai kain akan
terdistribusi lebih merata akibatnya pada gaya
yang sama untuk kain yang telah
dilakukan proses penympurnaan
diperlukan waktu yang lebih lama untuk memutus kain.
3 Tahan Darah dan
Penodaan
Nilai uji siram
untuk semua con-toh uji
menunjukkan angka 0,
artinya kain tidak dapat
menahan pembasahan. Pengujian
juga memperlihatkan bahwa
noda darah
sangat sulit untuk dihilangkan dengan pencucian biasa
(pencucian tanpa mesin dengan 5 kali pengucekan) dari kain
yang belum disempurnakan, dan harus
menggunakan sabun khusus.
Sebaliknya, kain yang sudah disempurnakan mudah dibersihkan
dari noda darah, bahkan dengan pencucian biasa dan tanpa penggunaan
sabun khusus. Ini dapat
dilihat dengan mudah
melalui pengukuran warna dengan
spektrofotometri.
Dengan adanya resin yang
diberikan pada kain maka resin akan
menempati ruang-ruang kosong
pada polimer kapas, sehingga
darah yang terserap menjadi lebih
sedikit jumlahnya dibandingkan dengan kain yang tidak mengalami proses
penyempurnaan. Oleh sebab itu
kain yang telah
mengalami penyempurnan noda
darahnya mudah dihilangkan.
4 Analisa
Spektofotometri
Kain yang diberi
zat anti bakteri
1% tanpa pencucian
masih terdapat noda
darah yang menempel
dan memiliki rata-rata yang
cukup tinggi dibanding penggunaan zat anti bakteri 2%. Hal
ini disebabkan penggunaan zat anti bakteri sebesar 2% disertai dengan penggunaan
konsentrasi glioksal yang
tinggi pula sehingga semakin
banyak ikatan silang. Sebagai senyawa
pengikat silang glioksal berfungsi agar
zat anti bakteri
dan fluorokarbon dapat terjebak
masuk dalam struktur serat
sehingga diharapkan dapat
permanen pada serat,
penggunaan glioksal yang
semakin tinggi akan menyebabkan
semakin besar pula peluang
fluorokarbon sebagai zat tahan
darah untuk dapat
masuk ke dalam serat.
5 Tahan Luntur Warna
Terhadap Keringat
Nilai gray
scale 4 dan
staining scale 4. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa hasil pencelupan
dengan zat warna reaktif memiliki
ketahanan luntur yang baik walaupun
kain telah mengalami
proses pencucian berulang
(5x dan 7x). Tahan
luntur yang baik
ini
disebabkan
karena ikatan kovalen yang
terbentuk antara serat
dan zat warna reaktif. Ikatan
kovalen yang terjadi meyebabkan zat zat warna reaktif
menjadi bagian dari
serat kapas. Penggunaan glioksal, fluorokarbon, dan zat
anti bakteri akan
menambah kepadatan struktur molekul
dalam serat. Glioksal yang mampu berikatan dengan serat
kapas dan menjebak
zat anti bakteri (phenoksi terhalogenasi). Fluorokarbon akan berikatan dengan salah satu
gugus OH primer dari
kapas. Glioksal kemungkinan
besar hanya dapat
mengisi satu gugus OH primer karena gugus OH primer yang
lain sudah berikatan
dengan zat warna
reaktif. Namun tidak tertutup kemungkinan
pula zat warna reaktif yang telah berikatan dengan
serat bereaksi pula dengan
glioksal sehingga menambah
ketahanan luntur warna dari kain.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Berdasarkan
hasil pengujian dan
pembahasan yang dilakukan maka dapat
disimpulkan :
1) Kain yang telah
mengalami proses pencucian
memiliki tingkat kenyamanan yang lebih
tinggi
2) Dengan adanya
penyempurnaan tahan darah,
penodaan pada kain dapat dengan mudah dihilangkan.
3) Zat warna
reaktif yang digunakan memiliki tahan luntur
warna yang
baik.
4) Pada kain
yang telah disempurnakan
dengan fluorokarbon, zat
anti
bakteri (phenoksi terhalogenasi) dan glioksal sebagai
senyawa pengikat silang
terjadi penambahan kekuatan
tarik
5) Penggunaan
glioksal sebagai senyawa pengikat silang berpengaruh besar pada konsentrasi zat anti bakteri dan zat tahan
darah yang dapat masuk ke dalam serat.
Dari kesimpulan dan hasil-hasil pengujian
yang telah dilakukan
kombinasi yang tepat zat anti bakteri-fluorokarbonglioksal tidak
dapat ditentukan secara optimal karena belum dilakukan
pengujian anti bakteri (terhadap MRSA )
1. S. Hendrodyantopo, Susyami Hitariat, Purwanti, Mohamad
Widodo (1998). Teknologi
Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
2. Technical
Information: Sanitized T : Clari-ant.
3. Ayi Gumilar (1998). Pengamatan Perbedaan Warna Secara Kuantitatif Antara Hasil Celupan
Proses Laboratorium dan Produksi Pada
Kain Campuran Poliester-Rayon Viskosa
Yang Dicelup dengan Zat Warna dan Zat
Warna Reaktif. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
4. Lorraine M. Wilson, Sylvia A. Price (1998).
Patofisiologi. Jakarta: ECG.
5. Whitaker, Fernandez, Tsokos Concept of General Organic and Biological
Chemistry
Sumber: TEXCEM STUDENT SCIENCE FAIR 2004( Seminar tentang Research pengembangan laboratorium kimia fisika, peencapan dan penyempurnaan, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 9 Maret 2004)
Sumber: TEXCEM STUDENT SCIENCE FAIR 2004( Seminar tentang Research pengembangan laboratorium kimia fisika, peencapan dan penyempurnaan, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, 9 Maret 2004)
0 komentar:
Plaas 'n opmerking