Prinsip Pembuatan Benang Tekstur

Benang Tekstur adalah “Any yarn modified in such a way that its physical and surface properties have been changed” yang memiliki arti benang filamen yang telah diproses dengan cara sedemikian rupa sehingga sifat isik dan permukaanya berubah”. Perubahan ini jelas terlihat pada kain yang terbuat dari benang tersebut. Berikut adalah macam-macam benang tekstur.

Tujuan Proses Pentexturan

Proses tekstur pada benang bertujuan untuk membentuk gelombang-gelombang kecil yang bersifat permanen disepanjang permukaan benang yang disebut crimp. Beberapa tujuan dari proses texturizing antara lain adalah :
1. Menaikan daya tahan kusut dan stabilitas dimensi benang serta kenampakan yang lebih baik.
2. Kemampuan menahan bentuk yang lebih baik dari pada benang filamen biasa.
3. Mempunyai efek fleksibel yang lebih baik dibandingkan dengan filamen biasa.
4. Lebih enak dipakai karena udara terjerat diantara celah-celah benang tekstur.
5. Lebih lemas dan daya tutup kain lebih baik.
6. Lebih mudah dicuci dan mudah kering.

Pembentukan Benang Tekstur

Terdapat tujuh langkah pembentukan benang tekstur pada benang. Penyuapan benang POY (bahan baku benang) melalui pipa creel yang kemudian mengalami penarikan, kemudian diikuti dengan proses pemanasan, pendinginan, pemberian twist pada saat bersamaan sehingga meciptakan efek false twist (crimp benang). Kemudian biasanya  benang mengalami tahap pemantapan antihan dengan heater. Empat proses yang memegang peranan penting dalam pembentukan efek teksturizing yaitu antara lain:
1.Pemanasan (Heating)
2. Penarikan (Drafting)
3.Pemuntiran (Twisting)
4.Penggulungan (Winding)

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing proses diatas
1.Pemanasan
Terdapat dua proses pemanasan yaitu pemanasan pertama (H1) dan pemasan kedua (H2). Pada proses H1, POY yang bersifat mentah (setengah jadi) akan mengalami pemanasan sehingga strukturnya berubah.Pemanasan pada proses ini juga sangat berpengaruh terhadap daya serap benang pada zat warna saat dicelup karena adanya perubahan struktur polimer didalam serat, hal ini berhubungan dengan kristalinitas dan orientasi polimer.

Orientasi polimer merupakan proses terjadinya pergeseran unit struktur molekul ke arah sejajar dengan sumbu serat. Tingkat kesejajaran unit molekul dalam serat dinyatakan dengan derajat orientasi. Derajat orientasi akan mempengaruhi sifat-sifat  serat seperti mekanik, sifat penyempurnaan, dan lain-lain.

Kristalinitas merupakn sifat yang penting dalam suatu polimer. Polimer merupakan polimer yang memiliki fasa semi kristalin, yaitu terdiri dari fasa amorf dan fasa kristalin. Fasa kristalin terjadi karena adanya keteraturan konfigurasi dan konformasi sehingga dapt membentuk satu satuan kristal. Fasa kristalin memberikan kekuatan dan kekakuan, sedangkan fasa amorf memberikan kereaktifan dan sifat lentur. Berikut adalah gambar susunan molekul polimer.

Keterangan
a. Menggambarkan struktur molekul serat pada bagian amorf
b. Menggambarkan rantai molekul dalam konfigurasi gugus kristalin dan gugus amorf yang secara acak.
c. Menggambarkan orientasi dari struktur yang kristalin akibat orientasi kearah sumbu serat dengan fasa amorf yang sedikit sekali.

Besarnya fasa kristalin dalam suatu polimer dinyatakan dalam derajat kristalinitas, yaitu merupakan perbandingan besarnya fasa kristalin terhadap bagian fasa kristalin dan fasa amorf. Sifat fisik polimer yang berhubungan dengan kristalinitas adalah suhu leleh kristalin (Tm). Suhu transisi gelas merupakan suhu pada saat polimer yang semula bersifat gelas menjadi elastis. Oleh karena itu, apabila polimer diregangkan pada suhu transisi  gelasnya, polimer akan memperlihatkan elastisitas yang tinggi. Disamping itu, pada proses pembuatan serat, pengkristalan sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan derajat orientasi.
Besarnya temperatur heater (H1 dan H2) yang akan dipakai sangat dipengaruhi oleh jenis proses serta kecepatan masing-masing mesinnya. Semakin tinggi kecepatan mesin yang dipakai maka semakin tinggi temperatur yang digunakan.

2. Penarikan (Drafting)
Pada bagian ini benang POY akan mengalami penarikan sehingga sifat diameter serta panjang dari POY yang diproses akan mengalami perubahan. Perubahan ini tergantung pada besarnya penarikan yang diamali oleh material bersangkutan. Besarnya penarikan disimbolkan dengan Draw Ratio (DR), berikut adalah cara perhitungannya:

Misal:                        No benang POY                                      = 125 Denier
                                 No benang DTY yang diinginkan adalah = 75 Denier


Berarti dengan Denier POY 125 Denier jika ingin membuat benang DTY dengan 75 Denier maka perlu penarikan sebanyak 1,666 kali.

3. Pemuntiran (Twisting)
Pada proses ini benang akan mendapatkan efek tekstur berupa crimp sehingga proses twisting ini penting.  Ada bermacam-macam peralatan untuk membuat twist yaitu:
a. Friction Twist dixc disebut Posittorq
b. Nip Twist disebut Belt twist
c. Pin Twist disebut Spindle
d. Ring Twist disebut Piringan

Misalnya pada contoh mesin Scragg (yang memakai Friction Disc) untuk menentukan besarnya Tpm/Tpi pada benang tersebut ditentukan dari kecepatan putaran disc dengan kecepatan benang (yarn speed) atau biasa disebut D/Y (Disc per Yarn speed) karena pada mesin Scragg memakai disc maka banyaknya pemakaian disc dalam satu positorq akan berpengaruh pada Tpi/Tpm. Benag pada saat mengalami twist (sebelum masuk positorq) maka tegangan yang terjadi disebut T1 (Twisting Tension), sedangkan benang setelah tidak mengalami twist (keluar dari positorq) maka tegangan yang terjadi disebut T2 (Untwisting Tension).  Jarak dari setiap disc-disc pada positorq dapat ditentukan oleh seting dengan jarak 3 mm.
Jika twist rendah maka akan terjadi bulu bahkan dapat menurunkan sifat Bulkniess sehingga  menurunkan nilai empuk bahan. Sebaliknya bila twist terlalu tinggi maka kondisi ini akan mengakibatkan kekuatan yang meningkat, disamping itu akan memudahkan terjadinya benang putus. Pengaruh besarnya twist yang ada akhirnya disebut Crimp pada kualitas benang. Pengaruh besarnya twist tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No
Efek
1
Tension2 naik
- elongation rendah
- Nomor akan besar
- Kekuatan naik
- Crimp turun
2
Tension2 turun
- Kekuatan turun
- Tpm tinggi
- Crimp besar
- Kekuatan turun

4. Penggulungan (Winding)
Proses terakhir pada pembuatan benang texturizing adalah penggulungan hasil benang. Winding sangat berpengaruh pada hasil bentuk gulungan dan proses unwinding (proses lanjut) dari DTY. sehingga proses winding mempengaruhi dari quality DTY. Adapun hal-hal yang mempengaruhi Winding dimesin texturing yaitu :

a. Tension dari Take up
b. Tranverse Zone (creadle arm, cam traverse, setting traverse, sine bar, taper angle dan lain-lain)
c. Mutu dari Paper Tube yang digunakan
Jika Tension dari Take Up terlalu tinggi maka gulungan benang akan sangat keras sehinga dapat menyebabkan gulungan menjadi jelek atau Paper Tube penyok atau terjadi saddle pada gulungan. 


oleh: Irvan Handri S.B
         Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
         budiirvan346@ymail.com

dirangkum dan disalin dari: Galuh Eko Wibowo, "Pengamatan pengaruh untwist tension terhadap crimp pada benang tekstur 75 denier/36 filamen di mesin texturizing scragg SDS 1200"
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: