Zat warna dispersi pertama kali dibuat
pada tahun 1923 oleh Baddiley dan Shepherdson dari British Dyestuff. Zat warna
ini kelarutannya kecil dalam air dan merupakan kelarutan dispersi, terutama
digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetik
yang bersifat hidrofob, misalnya poliester.
Struktur
Kimia Zat warna Dispersi
Zat warna dispersi sebagian besar
molekulnya tersusun oleh senyawa azo, antrakinon atau difenil amin dengan berat
molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus pelarut.
Zat warna dispersi dapat dibedakan
menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan anti kromofor, yaitu:
1. Kromofor Golongan Azo
2. Kromofor Golongan Antakrinon
3. Kromofor Golongan Nitroanilin
Sifat-sifat
Zat warna Dispersi
Sifat umum zat warna dispersi, baik
kimia maupun fisika merupakan faktor penting dan erat berhubungan dengan penggunaanya
dalam proses pencelupan
Sifat-sifat umum zat warna dispersi
adalah sebagai berikut:
1. Apabila digerus sampai halus dan
didispersikan dengan zat pendispersi dapat menghasilkan dispersi yang stabil
dalam larutan pencelupan dengan ukuran partikel 0,5-2,0 mikron
2. Mempunyai berat molekul yang
relatif rendah
3. Mempunyai titik kejenuhan 30-200
mg/g zat warna dalam serat
4. Tidak mengalami perubahan kimia
selama proses pencelupan berlangsung
5. Bersifat nonionik walaupun
mengandung gugus –NH2, -NHR dan –OH
6. Kelaruan dalam air sangat kecil
7. Ketahanan terhadap sinar, keringat
dan pencucian baik
Penggolongan
zat warna Dispersi
Berdasarkan ketahanan sublimasinya,
zat warna dispersi digolongan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Zat warna dispersi golongan A
Zat warna dispersi yang memiliki berat
molekul yang terkecil dan memiliki ketahanan sublimasi rendah, sehingga dalam
pencelupannya umumnya dilakukan pada suhu didih. Zat warna jenis ini digunakan
untuk mencelup serat selulosa asetat,
triasetat dan poliamida.
2. Zat warna Dispersi Golongan B
Zat warna dispersi yang memiliki sifat
ketahanan sublimasi sedang, yaitu tersublimasi penuh pada suhu sekitar 180℃ Zat warna ini dapat digunakan untuk mencelup serat poliester
dengan bantuan zat pengemban dan dapat juga untuk pencelupan suhu tinggi.
3. Zat warna dispersi golongan C
Zat warna dispersi yang memiliki sifat
ketahanan sublimasi tinggi sampai 200 ℃, biasanya digunakan untuk pencelupan suhu tinggi.
4. Zat warna dispersi golongan D
Zat warna dispersi yang memiliki sifat
ketahanan sublimasi sangat tinggi, sampai 210 ℃, biasanya digunakan untuk pencelupan metode termosol.
Contoh
zat warna Dispersi
Zat
warna Dispersol Orange C-RN, Rubine C-B, Navy C-2G
Zat warna ini adalah zat warna dispersi
yang mencelup serat poliester khusus untuk metoda satu larutan-satu tahap (Rapid Thermosol New). Zat warna
Dispersol mempunyai kestabilan dispersi yang baik dan dapat didispersikan
dengan air dingin. Selain itu, zat warna ini mempunyai stabilitas yang baik
terhadap pH khususnya alkali, dalam proses pencelupannya dapat ditambahkan
alkali lemah.
Karasteristik dari zat warna dispersol
orange C-RN, Rubine C-B, dan Navy C-2G adalah:
1. Dapat mencelup poliester dengan cara Rapid Thermosol New
2. Berbentuk bubuk dengan stabilitas yang
baik pada waktu penyimpanan (suhu kamar)
3. Mempunyai ketahanan terhadap alkali
4. Penodaan terhadap serat selulosa
rendah
5. Zat warna yang tidak terfiksasi mudah
dibersihkan, cukup dengan proses penyabunan (tanpa pencucian reduksi)
6. Struktur molekulnya adalah golongan
Azo
Struktur zat warna dispersol orange C-RN,
Rubine C-B, Navy C-2G dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
1. Zat warna Dispersol Orange CRN
2. Zat warna Dispersol Rubine CB
3. Zat warna Dispersol Navy C2G
oleh: Irvan Handri S.B
Sekolah tinggi Teknologi Tekstil
dirangkum dari sumber bacaan:
Yopi Nurdiansyah, pengaruh variasi
suhu dan waktu pencucian terhadap hasil pencelupan kain jacquard
poliester-kapas dengan zat warna dispersi-reaktif cara satu larutan-satu tahap,
Tugas Akhir, STT Tekstil, Bandung, 2004
0 komentar:
Plaas 'n opmerking