Kini yang memakai Blangkon gak harus Norak

Bagi sebagian para penerus generasi muda saat ini, kalau ditanya "pernah memakai blangkon" pasti jawabnya "ih norak kali". Ya begitulah beberapa alasan kenapa generasi saat ini sepertinya enggan untuk memakai kain khas indonesia ini. Namun jangan salah, diera yang sangat modern ini terkadang banyak kalangan menilai bahwa mencintai budaya sendiri tidak harus malu. Banyak cara digunakan untuk mencintai nilai budaya yang satu ini. Berikut adalah beberapa kalangan yang justru asyik memakai penutup kepala khas dari indonsia ditengah kehidupan mereka.

Blangkon sendiri diartikan udeng  ( dalam bahasa Jawa) atau bendo (bahasa sunda )adalah kain penutup kepala tradisional kaum pria Jawa yang digunakan sebagian pelengkap busana tradisional. Blangkon merupakan bentuk praktis dari iket yang merupakan tutup kepala yang dibuat dari batik. Selain itu ,blangkon berfungsi untuk menutupi kepala dari panasnya matahari atau dinginnya udara malam. blangkon dulunya digunakan untuk membedakan kaum ningrat atau abdi dalem keraton dengan masyarakat jelata yang hanya menggunakan iket sebagai penutup kepala.

Pada jaman dahulu, blangkon hanya dapat dibuat oleh para seniman ahli dengan pakem (aturan) yang baku.seperti halnya pembuatan keris ( senjata tradisional masyarakat jawa) ,dalam  pembuatan blangkon Semakin memenuhi pakem yang ditetapkan, maka blangkon tersebut akan semakin tinggi nilainya. 

Dilihat dari fungsinya,  blangkon memiliki fungsi antara lain sebagai Penutup kepala pada acara acara adat maupun resmi, simbol pembeda orang-orang bangsawan dan rakyat biasa, kemudian pelengkap pakaian adat, serta memiliki fungsi pelindung panas teriknya matahari

Namun diera modern seperti saat ini, fungsi blangkon sudah tidak seperti dahulu lagi. Banyak kalangan yang menggunakannya dengan berbagai alasan. Berikut perkembangan blangkon dimasa modern

1. Blangkon untuk penggemar club  motor 
Dengan majunya arus informasi yang ada dimasyarakat seperti saat ini,didukung oleh pengaruh budaya budaya barat ,sekarang penggunaan blangkon tidak hanya oleh kaum dewasa kuno dan budayawan,melainkan merambah pada Club motor .biasanya mereka memilki kreasi dengan cara mengenakan blangkon untuk tanda ciri khas tertentu pada club motornya. Salah satu Club motor yang biasa menggunakan blangkon adalah Motor gede semacam Harley Davidson. Kreasi ini mengkombinasikan karakter tradisional dengan semangat petualangan.

2. Blankon berlogo Parpol
Dalam mencari masa dan kader yang banyak, banyak sekali partai politik menggunakan media media budaya,salh satunya dengan mengadopsi blangkon sebagai nilai budaya. Cara ini diilai ampuh dalam menggalang simpatisan terutama masayarakat awam biasa yang masih lekat dengan budaya blangkon. Blangkon berlogo parpol ini biasanya sangat  ramai saat Pemilu atau event-event parpol yang diselenggarakan.

3. Blangkon Penggemar Bola
Selain Batik motif tradisional yang di modifikasi motif bola, blangkon dimasa sekarang telah merambah didunia bola.melihat begitu antusiasnya masyarakat akan permainan sepak bola,maka terciptalah beberapa blangkon dengan motif club sepak bola.penguna blangkon ini biasanya adalah anak muda dari jogjakarta dan solo yang menyukai  sepak bola. Mereka beranggapan  merasa lebih nyentrik jika mengenakan blangkon serta aksesoris bolanya, karena dengan berblangkon mereka merasa benar-benar menjadi orang indonesia serta tetap Pede dan percaya diri.

  4. Blangkon  di kepolisian
Untuk menanamkan kecintaan budaya indonesia,terciptalah ide untuk penggunaan blangkon dijajaran kepolisian,walaupun selama bertugas dinas di kantor. Menggantikan topi polisi yang biasa mereka kenakan,walaupun tidak setiap hari,namun hal ini bertyjuan untuk melestarikan warisan budaya.

5. Blangkon dikalangan turis asing


Arus informasi yang semakin cepat,hubungan antar seseorang yang semakin mudah mengakibatkan penyebaran suatu budaya yang cepat pula.Blangkon telah mengalami kemajuan dimana dahulu hanya dikenakan oleh kaum bangsawan jawa ,keraton maupun orang orang tertentu,sekarang blangkon telah banyak dikenal oleh masyarakat luar negeri.terbukti dari bebrapa masyarakat dan artis asing yang terkadang mengenakan blangkon pada kesempatan tertentu.selain itu,kini blangkon mulai di eksport dan dipesan oleh beberapa orang di Negeri Paman Sam Amerika dan juga  Negeri kincir angin Belanda.

Selain  terlihat dari segi fungsi maupun kegunaan,blangkon memiliki budaya dari sebuah masyarakat. Dalam Pembuatan blangkon di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk blangkon yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah blangkon yang indah dan sarat makna.

Jadi sepertinya kita semua harus lebih menilai apakah diri kita sendiri sudah mencintai warisan nenek moyang kita. Banyak sekali cara digunakan untuk mewujudkan kecintaan itu, dan tidak harus formal seperti dulu. Jadi, yuk "cintai budaya sendiri".

oleh: Irvan Handri S.B
         High School Textile Technology, Bandung
          budiirvan346@ymail.com


Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: