Perkembangan bisnis
Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT) di
Indonesia mengalami perkembangan
tren positif, salah
satunya adalah produk
pewarna tekstil. Ini ditandai dengan banyaknya merek produk pewarna
tekstil yang beredar di pasar Indonesia, baik produk lokal maupun produk impor. Agresifnya produk pewarna tekstil
impor telah merambah
di pasar-pasar pusat
tekstil di Indonesia. Beberapa produsen
pewarna tekstil baik
lokal maupun asing
bersaing dalam meraih pasar
Indonesia karena pangsa pasar yang besar.
Persaingan antara
produk pewarna tekstil
impor yang mayoritas
merupakan pewarna sintetis
dan produk pewarna
tekstil dalam negeri
yang mayoritas pewarna
alami sangat menguntungkan
dari pihak produsen
produk pewarna tekstil
impor. Menurut Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (2010)
hal ini disebabkan bea
masuk untuk produk
impor sebesar 5%
masih rendah, sehingga produsen produk
pewarna tekstil dalam
negeri harus memastikan
produknya memiliki keunggulan-keunggulan yang kompetitif untuk dapat
bersaing .
Gambar :Diagram
Pangsa Pasar Pewarna Biru Tekstil Terbesar di Indonesia (BPS, 2013)
Sebagai contoh PT. Dystar CI, anak
perusahaan yang berasal dari Jerman dan
produk Dylon asal
United Kingdom yang merajai pangsa
pasar produk pewarna
tekstil di Indonesia
sebesar 64%. Beberapa produk
sintetisnya berjenis cellulosics
seperti Naphtol bahkan sudah merebak di wilayah Indonesia.
Kebutuhan penduduk Indonesia terhadap
pakaian cukup besar. Kebutuhan pakaian orang
Indonesia rata-rata per
kapita/tahun sebesar 7,5
Kg termasuk di dalamnya ada batik. Menurut API (2013),
produksi kain batik per tahun itu adalah
20 juta meter. Karena konsumsi pakaian Indonesia sudah 7,5
kg/kapita/tahun, lalu celana 2 kg, sisanya 5,5 kg itu baju dan produk batik
masuk disini. Jadi menurut perhitungan, khusus pakaian batik hampir 15
meter/kapita/tahun.
Persaingan antara pewarna zat
warna alam dengan zat warna sintetis sudah lama
terjadi sejak puluhan
tahun yang lalu
sampai dengan sekarang.
Zat warna sintetis diklaim
sebagai alternatif dari kelemahan-kelemahan zat
warna alam. Kelemahan zat warna
alam seperti; ketersediaan bahan
baku, proses pembuatan, hingga harga produk yang mahal menjadikan
pengrajin tekstil dan batik memilih menggunakan
zat warna yang sintetis murah dan mudah penggunaanya.
Maraknya penyalahgunaan pewarna
tekstil sintetis menyebabkan
dikeluarkannya regulasi yang
mengatur peredaran pewarna
tekstil pada tahun 1996. Semenjak
itu, permintaan pasar
terhadap zat warna
alami mengalami peningkatan.
Berdasarkan data dari
UNIDO (Organisasi Pengembangan
Industri Perserikatan Bangsa Bangsa)
pada tahun 2006
permintaan pewarna alam
dunia lebih dari 10,000 ton, dan
dapat dipastikan meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu
tingkat permintaan konsumen
terhadap kerajinan tekstil
seperti batik kian meningkat.
Hal ini di indikasikan oleh adanya regulasi di beberapa tempat instansi yang
mewajibkan penggunaan batik
sebagai seragam kerja
harian yang diberlakukan pada tahun 2012.
Persaingan antar produk zat warna alam
dan zat warna sintetis seharusnya tidak
terlalu mencolok, karena kecenderungan pewarna tekstil alami lebih
eklsusif dan lebih
memiliki estetika yang
khas. Akan tetapi,
persaingan harus tetap dihadapi, produsen
zat warna alam
tidak boleh hanya
menyalahkan masalah regulasi
pembatasan zat warna
sintetis yang berbahaya,
namun lebih ke
arah pengembangan produknya
untuk menciptakan pangsa pasar
sendiri. Salah satu produk dalam
negri yakni zat warna
alam Gama Indigo
ND diharapkanmampu bersaing
dengan produk impor
baik dalam hal
kualitas. Gama Indigo
ND diproduksi oleh kerjasama
Tim Zat Warna Alam Teknik
Kimia UGM-KPWN- KP4UGM. Produk
ini merupakan pewarna
alami biru untuk
bahan tekstil dan benang. Di
tengah gempuran produk
impor pewarna sintetis,
Gama Indigo ND mampu
memberikan persaingan pasar
bagi produk impor
lainnya melalui keunggulan-keunggulan beserta harganya.
Adanya
pendatang baru di
pasar pewarna tekstil
di Indonesia semakin
meramaikan kondisi persaingan.
Kesuksesan produk pewarna
tekstil ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor
pendukung. Untuk mengetahui dan mengevaluasi faktor
pendukung produk sukses pada
pewarna tekstil maka digunakan
analisis perbandingan atribut dengan menggunakan pendekatan model kano
yang sudah ada,
maka dalam penelitian
ini akan dilakukan
analisis perbandingan kinerja
atribut produk dan
persepsi konsumen untuk
mengetahui perbandingan produk
Gama Indigo ND dengan pesaing utamanya di Inonesia agar dapat
mengungkap potensi sukses
yang dimiliki Gama
Indigo ND, sehingga
produk Gama Indigo ND dapat merancang strateginya untuk meraup
pasar yang lebih
besar dan menjadikan kategori
produk sukses berdasarkan pangsa pasar
di Indonesia.
Sumber:
Electronic Theses & Dissertations (ETD) Gadjah Mada University, http://etd.repository.ugm.ac.id
0 komentar:
Plaas 'n opmerking