Ingin jadi QA industri Garmen wajib tahu AQL

Mengenal pengendalian mutu cara Acceptable Quality Level (AQL)
source: http://www.impactiva.com/
Bagi seorang yang ingin bekerja menjadi penjamin mutu sebuah produksi atau biasa disebut QA (Quality Assurance) di industri garmen, mengenal pengendalian mutu dengan cara AQL sangatlah penting.  Apa itu AQL ?.  Bagi sebagian orang awam mungkin belum mengerti, namun bagi orang yang terjun di industri garmen akan tahu apa itu AQL.  AQL atau kepanjangan dari Acceptable Quality Level adalah suatu metode yang digunakan untuk pengecekan kualitas produksi khususnya pakaian jadi. Metode AQL ini umum digunakan oleh hampir industri garmen secara internasional. Ada banyak model AQL yang digunakan oleh buyer (pembeli) maupun produsen garmen untuk menilai sebuah hasil produksi.

Seperti yang diketahui, bahwasanya jumlah quantity yang diproduksi disebuah industri garmen tidaklah sedikit. Umumnya ribuan pieces atau bahkan ratusan ribu pieces. Itupun bisa jadi adalah hanya satu model saja, belum bermacam warna dan size. Untuk menilai hasil kualitas pakaian jadi hasil produksi tersebut tidaklah mungkin dilakukan satu persatu. Akan membutuhkan waktu yang sangat lama sehingga menyulitkan produsen maupun pihak terkait lainnya seperti buyer.

Metode AQL akan menyederhanakan cara pengecekan mutu dengan cara mengambil sample berdasarkan jumlah quantity yang diproduksi. Dengan metode AQL, akan diketahui berapa minimal sample yang harus diperiksa untuk mewakili  semua quantity order. Dari pengecekan yang dilakukan berdasarkan jumlah sample, ada aturan baku berapa maksimal cacat produksi yang diperbolehkan sehingga produk tersebut layak secara kualitas. Layak tidaknya kualitas akan mempengaruhi kepercayaan buyer kepada produsen garmen tersebut bahwa produk yang ia pesan sesuai standar yang diberikan. Sehingga penilaian mutu produksi menggunakan AQL sangat cocok untuk menilai kualitas pakaian jadi secara cepat dan efisien.

Ada beberapa model AQL yang dikenal di industri garmen misalnya adalah cara single sample, double sample atau multiple sample, namun pada prinsipnya metode tersebut sama. Dibawah ini akan dibahas cara menggunakan AQL model single sample. Single sample mengisyaratkan pengecekan kualitas hanya satu kali pengecekan. Kesimpulan yang diberikan hanya “diterima” atau “ tidak diterima”. Kesimpulan diterima apabila jumlah sample yang diperiksa masih pada jumlah maksimal cacat. Kesimpulan tidak diterima apabila jumlah sample kondisi cacat berada pada batas melebihi aturan. Berikut ini adalah tabel AQL yang biasa dipakai di Industri garmen oleh bagian Quality Assurance (QA):


Pada tabel diatas dapat terdapat beberapa bagian. Quantity size adalah jumlah order keseluruhan yang diproduksi oleh pabrik atau pesanan. Sample size adalah jumlah sample yang dapat mewakili jumlah order tersebut, sedangkan kolom AQL dengan level 1.0 sampai 10.0 adalah level keketatan yang dipakai. Pada baris level dibagi menjadi kolom “ac” dan “re”. Kolom “ac” diartikan sebagai accepted (diterima), sedangkan kolom “re” diartikan sebagai rejected (ditolak).  Level AQL yang dipakai di industri garmen umumnya 2.5 dan 4.0, meskipun ada beberapa yang menggunakan 1,5 atau bahkan 1.0.  AQL 1.5 sampai 1.0  adalah AQL yang digunakan untuk produk-produk kategori  yang memerlukan “inspection on high-class expensive”. Sedangkan AQL 2.5 untuk produk relatif standar ataunormal/good quality”. Berikut sebuah contoh penggunaan AQL berdasarkan kasus pengerjaan order.

Contoh 1: sebuah order produksi pakaian jadi dengan total quantity sebanyak 30.000 pieces. Seorang buyer produk tersebut ingin menilai hasil kualitas produk apakah memenuhi standar berdasarkan pengecekan sample. level AQL atau tingkatan yang dipakai berdasarkan kesepakatan dengan produsen adalah level 2.5. Pertanyaannya adalah
1. Berapa jumlah sample yang harus diperiksa ?
2. Berapa jumlah cacat yang masih dapat diterima ?
3. Berapa jumlah cacat yang tidak dapat diterima ?
Perhitungan:
1. Quantity 30.000 pieces berada pada baris quantity size 10.001-35.000 pieces. Sehingga sample size atau jumlah sample yang harus diperiksa adalah 315 pieces.
2. Apabila level AQL yang dipakai adalah 2.5 maka jumlah cacat yang dapat diterima  (ac) untuk 315 pieces adalah 14 pieces.
3. Apabila hasil pemeriksaan menemukan 15 pieces produk cacat, maka yang seluruh lot atau hasil produksi sebanyak 30.000 pieces harus dibongkar dan dicek ulang untuk memastikan produk layak mutu atau tidak.

Contoh 2: Sebuah order produksi pakaian jadi sebanyak 1.300 pieces. AQL yang dipakai adalah 1.0. Pertanyaannya adalah:
1. Berapa jumlah sample yang harus diperiksa untuk mewakili 1.300 pieces?
2. Berapa jumlah cacat yang masih dapat diterima dari pemeriksaan ?
3. Berapa jumlah cacat yang tidak dapat diterima ?
Jawab:
1. Jumlah order yang dilakukan sebanyak 1.300 pieces, berada pada baris quantity size antara 1.201-3.200 pieces, sehingga sample yang harus dicek sebanyak 125 pieces.
2. Apabila  terdapat maksimal 3 produk cacat berdasarkan pemeriksaan, maka semua quantity produksi dapat diterima mutunya.
3. Apabila terdapat 4 pieces pakaian cacat maka seluruh produk yang dihasilkan harus dbongkar ulang untuk dilakukan pemeriksaan.

Pengambilan jumlah sample yang dilakukan haruslah mewakili rasio order, sebab terkadang dalam sekali order yang dilakukan terdapat perbedaan ukuran dan warna. Sehingga sample harus mewakili keseluruhan produk.

Contoh 3: Sebuah contoh produksi dengan quantity 1.300 pieces dengan warna sama namun ukuran berbeda. Untuk sample yang harus dipersiapkan untuk pengecekan adalah berdasarkan perhitungan rasio size masing-masing ukuran.
Berikut adalah contoh rasio produksi setiap size quantity 1.300 pieces tersebut: 1/S, 2/M, 1/L, 1/XL. Sample yang harus diambil adalah 125 pieces. Maka sample yang diambil setiap rasio ukuran adalah 25 pieces untuk ukuran S, 50 pieces untuk ukuran M, 25 pieces ukuran M dan 25 pieces ukuran XL.

Contoh 4: Sebuah pesanan quantity 8.000 pieces dengan ukuran (S,M,L,XL) dan warna berbeda yaitu kuning dan biru. Sample keseluruhan yang harus diambil sebanyak 200 pieces. Penyelesaian sample yang dilakukan sebagai berikut berdasarkan ukuran dan warna sebegai berikut:
Misalkan rasio produksi untuk 8.000 pieces adalah 1/S, 1/M/, 2/L/, 1/XL
a. Warna kuning: 20 pcs ukuran  S, 20 pcs ukuran M, 40 pcs ukuran L dan 20 pcs ukuran XL
b. Warna biru: 20 pcs ukuran  S, 20 pcs ukuran M, 40 pcs ukuran L dan 20 pcs ukuran XL
Demikianlah penjelasan mengenai cara penilaian kualitas menggunakan metode AQL.Penggunaan AQL diharakan dapat diketahui informasi mengenai mutu keseluruhan produk atas mutu yang diberikan.

oleh: Irvan Handri S.B
Bachelor program, Departement of Apparel Production, Politeknik STTT Bandung, Ministry of Industry Republic Indonesia.


Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: