Kain Anti Kusut

Penyempurnaan Ketahanan Terhadap Kekusutan

Kekusutan dan struktur serat

Kekusutan kimia molekul selulosa merupakan polimer yang tersusun atas unit-unit anhidroglukosa seperti tampak gambar struktur molekul selulosa. dan masing-masing molekul terdiri dari 6000 hingga 7000 unit anhidroglukosa. Molekul-molekul tersebut ada yang berkelompok tersusun teratur saling sejajar dan berdekatan serta terikat satu sama lain oleh ikatan-ikatan hidrogen dan van der waals membentuk daerah atau bagian yang sangat rapat yang disebut kristalin. Sementara itu ada pula yang susunannya kurang teratur, sehingga tidak dapat saling merapat dan karenanya membentuk ruang antar molekul yang lebih besar. Bagian ini disebut amorf dan tersebar diantara bagian-bagian kristalin.

Bila serat selulosa mengalami tekukan maka rantai molekul selulosa pada wilayah tekukan tersebut akan mendapat gaya tekuk (bending force), yang besanya tidak sama untuk masing-masing rantai tergantung posisi dan orientasinya, dan dapat mengakibatkan rantai-rantai molekul bergeser relatif satu terhadap lainnya:

PENGARUH GAYA LUAR TERHADAP STRUKTUR SERAT SELUOSASumber: N.M Susyami, S.Teks, M.Si, dkk, Bahan Ajar Prakter Teknologi Penyempurnaan Kimia, STT Tekstil, Bandung, 2005, hal.42

Pada daerah kristalin jarak antar rantai-rantai molekulnya begitu dekat sehingga ikatan yang terbentuk antara satu rantai dengan rantai di dekatnya cukup kuat untuk menahan pergeseran tersebut, dan bahkan bila terjadi sekalipun,  gaya-gaya ikatan akan menarik rantai-rantai molekul yang bergeser kembali ke posisi semula bila gaya-gaya yang menyebabkan pergeseran tersebut dilepaskan.

Pada daerah amorf susunan rantai-rantai molekulnya lebih bejarak dan memiliki orientasi yang relatif berbeda sehingga gaya-gaya ikatan antar rantai molekulnya tidak sekuat daerah kristalin dan akan mudah putus oleh gaya-gaya luar seperti gaya tekuk. Sebagai akibatnya, rantai-rantai molekul pada daerah amorf akan bergeser relatif satu terhadap lainnya mengikuti arah gaya tekuk, dan selanjutnya membentuk ikayan-ikatan hidrogen dan van der Waals yang baru yang mempertahankan susunan rantai pada posisinya yang baru. Ini tercermin dalam bentuk kusut pada kain yang bersifat permanen kecuali ada energi dan gaya-gaya luar yang dibrikan untuk memutus ikatan-ikatan baru tersebut dan membawa rantai-rantai molekul pada posisi baru yang berhubungan dengan keadaan kain rata (smooth), misalnya dengan penyetrikaan.

Aplikasi Resin pada proses penyempurnaan Tahan kusut

Resin-resin penyempurnaan tahan kusut tidak digunakan dalam bentuk polimernya, melainkan dalam bentuk prakondensat, yaitu hasil reaksi polmerisasi kondensasi setengah jalan antara onomer-monomer penyusun resin, yang memiliki ukuran cukup kecil untuk berpenetrasi masuk melalui pori-pori ke bagian dalam serat, yaitu bagian amorf. Pada saat pemanasawetan prakondensat dari jenis reaktan akan bereaksi membentuk ikatanikatan dengan rantai molekul serat dan menjadi bagian dari polimer serat, sedangkan prakondensat dari jenis selfcrosslinking (swa-ikat-silang) membentuk polimer tiga-dimensi yang mengisi ruang antar molekul pada bagian amorf dan mencegah pergeseran relatif rantai molekul dengan cara menutup ruang geraknya (blocking).
Tahap aplikasi resin untuk penyempurnaan tahan kusut (dan kebanyakan proses penyempurnaan secara kontinyu pada umunya) adalah seperti berikut:

 




Pengeringan berfungsi mencegah migrasi zat-zat penyempurnaan, baik secara lateral maupun dari dalam ke permukaan serat, pada suhu dan waktu yang sesuai dengan teknik pemanasawetan yang digunakan (pada tabel 2.1) dan hasil akhir yang diinginkan.

Zat pembantu terpenting pada proses penyempurnaan resin adalah katalis, yaitu suatu senyawa yang bekerja mempercepat reaksi kimia, dalam hal ini reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan silang pada saat pemanasawetan. Pemilihan dan pemakaiannya ditentukan oleh beberapa faktor berikut:
1.    Jenis dan kereaktifan resin (atau pengikat silang)
2.    Jenis serat
3.    Kondisi pemenasawetan
4.    Sifat-sifat yang diinginkan pada bahan
5.    Pengaruhnya terhadapderajad putih atau warna bahan

Teknik-teknik pemanasawetan

Teknik Pemanasawetan
Kelembaban kain (%)
Suhu
Waktu
pH larutan
Kering
0,5-2,0
140-115
4-6 menit
5-6
lembab
Kapas: 6-8
Rayon: 10-16
25-35
16-24 jam
1-2
Basah
60-80
10-30
16-24 jam
<1


Magnesium klorida dan seng klorida merupakan katalis dari jenis garam asam yang paling banyak digunakan pada penyempurnaan resin, terutama dari jenis reaktan, dengan teknik pemanasawetan kering untuk kain-kain selulosa dan campurannya dengan serat sintetik. Keduanya memiliki kestabilan sangat baik di dalam larutan, tidak menimbulkan maupun mengubah warna kain, serta kompatibel dengan hampir semua pemutih optik. Jumlah pemakaiannya 12-20% dari jumlah resin.

by: Irvan Handri Setyo Budi
      budiirva346@ymail.com
     Textie Departement

Dikutip dari: Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia, STT Tekstil, Bandung, 2005,Susyami, S.Teks, M.Si, dkk
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: