Pencucian

Pencucian 

by: Irvan Handri Setyo Budi
      budiirva346@ymail.com
     Textie Departement



Pencucian merupakan suatu proses membersihkan permukaan benda padat dengan bantuan larutan pencuci dalam suatu proses kimia fisika melalui proses deterjensi. Pencucian dapat diartikan sebagai proses pembersihan kotoran yang sukar larut oleh air dan pelarutan kotoran-kotoran dalam air.

Surfaktan atau zat aktif permukaan merupakan salah satu faktor terpenting pada proses deterjensi. Zat aktif permukaan merupakan larutan koloid, molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofil (suka air) dan gugus yang hidrofob (tidak suka air). Koloid ini akan saling menggumpal dan gumpalan ini disebut misel yang ada dalam keseimbangan bolak-balik dengan sekitarnya (pelarut atau dispersi larutan).

Menurut Mc. Bain ada dua macam misel yaitu misel sferik dan lameral. Misel sferik memiliki daya hantar listrik yang tinggi, sedangkan misel lameral dengan susunan gugus hidrofob yang sejajar berpasang-pasangan, mempunyai daya hantar listrik yang kecil, misel ini disebut juga koloid netral

                            GAMBAR MISEL SFERIK DAN MISEL LAMERAL

Sumber: Yopi Nurdiansyah, Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pencucian Terhadap Hasil Pencelupan Kain Jacquard Poliester-Kapas Dengan Zat Warna Dispersi-Reaktif Cara Satu Larutan Satu Tahap, LKP-Skripsi, STT Tekstil, Bandung, 2004

Pada umumnya zat aktif permukaan yang banyak dipergunakan sebagai bahan dasar sabun pada proses detergensi pencucian reduksi ini adalah yang bersifat anionik dan nonionik, serta campuran dari keduanya.

  Mekanisme Pencucian
Mekanisme yang terjadi ketika proses pencucian adalah sebagai berikut :

  1. Proses pembasahan
Proses detergensi diawali dengan pembasahan yang bertujuan untuk menurunkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan adalah energi yang diperlukan untuk memperluas permukaan satu satuan luas dan dinyatakan dalam dyne/cm atau erg/cm².
Proses pembasahan terjadi bila setetes cairan di atas permukaan benda padat dapat menutupi permukaan benda padat tersebut.
                               

                    GAMBAR  PROSES PEMBASAHAN PADA PERMUKAAN SERAT
Sumber: Yopi Nurdiansyah, Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pencucian Terhadap Hasil Pencelupan Kain Jacquard Poliester-Kapas Dengan Zat Warna Dispersi-Reaktif Cara Satu Larutan Satu Tahap, LKP-Skripsi, STT Tekstil, Bandung, 2004

Dinyatakan dalam persamaan Dupre :
Dimana :         θ          = Sudut kontak antara cairan (L) dengan zat padat (S)
                        Ψ SV   = Tegangan permukaan zat padat (S) dengan udara (V)
                        Ψ LV   = Tegangan permukaan cairan (L) dengan udara (V)
                        Ψ SL   = Tegangan permukaan zat padat (S) dengan cairan (L)

Suatu molekul dalam rongga cairan akan mengalami tarik menarik dan tolak menolak ke segala arah (fasa ruah),  tetapi suatu molekul pada antar muka tidak sama tarik menariknya ke segala arah, sehingga molekul akan mengalami gaya tarik total ke dalam dan terjadi tegangan permukaan atau tegangan antar muka.
Pada surfaktan jenis nonionik, jika semakin banyak gugus alkfenol maka sifat untuk menurunkan tegangan permukaan akan semakin berkurang karena surfaktan semakin banyak terdapat pada fasa ruah sedangkan sifat kelarutan dalam airnya semakin baik.

  1. Proses Pelepasan Kotoran
Dengan adanya zat aktif permukaan menyebabkan penurunan tegangan antarmuka kotoran dan air, sehingga kotoran akan mudah dipisahkan dari permukaan kain, hal ini disebabkan terjadi pengecilan sudut kontak antara kotoran dan air (lebih kecil dari 90ºC) dan kemudian terjadi adsorpsi pada permukaan serat sebanyak-banyaknya, karena gaya tarik menarik terhadap kotoran maka kotoran yang melekat itu seakan-akan didesak dan didispersikan atau diemulsikan oleh zat aktif permukaan tersebut.

Semakin banyak molekul zat aktif permukaan berkumpul di permukaan, semakin terdesak kotoran dari permukaan kain dengan bantuan gerakan mekanik. Kotoran yang berfasa padat yang telah dilepaskan dari permukaan kain itu, terdapat dalam larutan dan didispersikan menjadi butiran-butiran kecil, sedangkan kotoran ang berfasa cair diemulsikan dalam larutan. Selanjutnya dilapisi oleh zat aktif permukaan yang bermuatan anionik (zat aktif anionik) untuk mencegah penggabungan kembali kotoran tersebut. Perisitiwa pelepasan kotoran dari bahan dapa dilihat pada gambar berikut.

                                     
            GAMBAR MEKANISME PELEPASAN KOTORAN PADA PERMUKAAN KAIN DALAM PROSES PENCUCIAN
Sumber: Yopi Nurdiansyah, Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pencucian Terhadap Hasil Pencelupan Kain Jacquard Poliester-Kapas Dengan Zat Warna Dispersi-Reaktif Cara Satu Larutan Satu Tahap, LKP-Skripsi, STT Tekstil, Bandung, 2004

  1. Daya mendispersikan dan mengemulsikan
Kotoran yang telah terlepas dari permukaan kain harus didispersikan dan diemulsikan secara stabil dalam larutan detergensi untuk mencegah penempelan kembali (redeposisi) kotoran ke permukaan serat.
Kotoran yang berupa cairan harus diemulsikan di dalam larutan. Emulsi merupakan suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak saling melarutkan. Gugus hidrofil pada zat aktif permukaan mengorientasikan diri ke air, sedangkan gugus hidrofobnya ke kotoran sehingga akan menurunkan tegangan antar mukanya.
Zat aktif permukaan selain itu juga mendispersikan kotoran yang berupa zat padat. Zat aktif permukaan membantu menguraikan molekul-molekul kotoran menjadi partikel-partikel tunggal dan menstabilkannya dalam larutan dengan melapisi (koloid pelindung) kotoran yang telah didispersikan.
                                 


              GAMBAR  ORIENTASI MOLEKUL AKTIF PERMUKAAN PADA ANTARMUKA MINYAK / AIR
Sumber: Yopi Nurdiansyah, Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pencucian Terhadap Hasil Pencelupan Kain Jacquard Poliester-Kapas Dengan Zat Warna Dispersi-Reaktif Cara Satu Larutan Satu Tahap, LKP-Skripsi, STT Tekstil, Bandung, 2004

Proses pencucian dinyatakan tidak berhasil apabila kotoran (zat warna) yang sudah terlepas dari permukaan serat menempel kembali pada permukaan serat (redeposisi). Metoda pencegahan pengendapan kembali zat warna (anti-redeposisi) pada dasarnya sama dengan metoda stabilisasi dispersi partikel zat warna. Surfaktan anionik bila berada dalam air akan memiliki muatan negatif, zat warna akan terdispersi di dalamnya. Permukaan serat di dalam larutan cenderung bermuatan negatif. Dengan demikian antara permukaan serat dan zat warna yang terdispersi akan saling tolak-menolak, sehingga zat warna yang sudah tereduksi tidak akan menempel kembali pada permukaan serat.
Daya dispersi dari nonionik pada umumnya lebih rendah daripada anionik. Mekanisme dari anti redeposisi digambarkan pada gambar berikut.

                                

Sumber: Yopi Nurdiansyah, Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Pencucian Terhadap Hasil Pencelupan Kain Jacquard Poliester-Kapas Dengan Zat Warna Dispersi-Reaktif Cara Satu Larutan Satu Tahap, LKP-Skripsi, STT Tekstil, Bandung, 2004



Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: