Journal Penelitian Mahasiswa
Salah satu syarat yang harus dipenuhi
pakaian kerja di lingkungan industri seperti industri baja
adalah tahan api. Setiap hari mereka bergelut terhadap
lingkungan panas. Untuk menciptakan serat yang anti apai dapat menggunakan
teknik pembuatan seratnya yang anti api seperti nomex dan kevlar. Namun dapat juga menggunakan teknik penyempurnaan
kimia yaitu polimerisasi zat kimia agar berikatan silang dengan serat. Hal ini
tentu memiliki kelemahan yaitu sifat anti apinya yang tidak begitu baik
terlebih terhadap perlakuan pencucian.Penggunaan serat cotton sebagai bahan pakaian tetntu memiliki beberapa keunggulan
yaitu sifat hidrofilnya yang baik yaitu daya serapnya yang baik dibanding serat
kevlar, nomex atapun serat sintetik lainnya seperti Poliester. Namun serat cotton memiliki kelemahan yaitu
mudah terbakar.
Dibawah ini adalah penelitian
mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil mengenai penggunaan senyawa organik fosfor dalam
penyempurnaan anti api terhadap sifat ketahanan api serta ketahanan terhadap
pencucian. Penggunaan Silicone N- 150 dimaksudkn ntuk
memperbaiki sifat pegangan kain agar lembut. Di salin serta diringkas dari
judul aslinya yaitu “PENYEMPURNAAN TAHAN
API UNTUK PAKAIAN
SERAGAM INDUSTRI BAJA
DENGAN SENYAWA ORGANIK
FOSFOR”.
Penelitian dimaksudkan untuk
mendapatkan resep optimum penyempurnaan
tahan api bagi kain kapas 100%
tanpa mengurangi kenyamanan
pakainya. Proses penyempurnaan tahan
api biasanya menyebabkan
pegangan kain menjadi
keras dan kaku.
Penambahan atau pengerjaan
dengan pelemas seringkali
justeru menyebabkan ketahanan
api berkurang. Proses
penyempurnaan tahan api dikerjakan dalam
dua tahap. Tahap pertama adalah
pengerjaan dengan senyawa tahan api dari
jenis fosfor (Pyrovatex CP New).
PERCOBAAN DAN
DIAGRAM ALIR
Proses-proses yang
dilakukan pada bahan :
1. Penghilangan kanji dan pemasakan.
2. Pencelupan dengan zat warna reaktif
dingin
3. Penyempurnaan
4. Pengujian
Penyempurnaan Tahan Api
Pyrovatex
CP New : 500 g/l
Lyofix
CHN : 50-60 g/l
Ultratex
FSA : 30-60 g/l
Invadine : 5 ml
Phosporic
acid : 20-25 g/l
WPU : 70 %
Pengeringan : 100 °C 1 menit
Pemanasawetan
: 170 °C 1 menit
Pelembutan
Silicone
N- 150 : 30 g/l
Teepol : 2
g/l
WPU : 70%
Pengeringan : 100 °C 1 menit
Pemanasawetan
: 170 °C 1 menit
HASIL PENGUJIAN
Data
ketahanan kain terhadap
api yang diperoleh dari
percobaan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
Proses
pembakaran pada dasarnya
terdiri dari pemanasan,
dekomposisi, penyalaan dan
perambatan. Panas akan menaikkan temperatur
serat sampai terjadi degradasi
dan dekomposisi struktur
polimer, dimana dari
polimer selulosa biasanya
akan dihasilkan padatan yang
terbentuk dari sisa karbon.
Selanjutnya padatan terurai menghasilkan gas,
baik gas yang mempunyai sifat
mudah terbakar maupun tidak.
Dibawah ini adalah tebel hasil uji nyala kain kapas 100% yang dikerjakan dengan Pyrovatex CP New 500
g/l.
KET
|
Sebelum pencucian
|
Setelah Pencucian 5 kali
|
||
Lusi
|
Pakan
|
Lusi
|
Pakan
|
|
Waktu
nyala api
|
1
detik
|
-
|
Terbakar
|
16 detik
|
Waktu
nyala arang
|
-
|
-
|
-
|
20
detik
|
Panjang
Arang
|
6
inchi
|
5.4
inchi
|
-
|
8
inchi
|
Pada
percobaan yang dilakukan
terlihat adanya pengaruh
penambahan zat tahan
api (pyrovatex) terhadap
nilai ketahanan api yang
diperoleh, dimana dengan penambahan
tersebut semakin tinggi konsentrasi
zat, semakin baik hasil sifat tahan api
yang diperoleh sampai mencapai titik
maksimum kemudian turun lagi, selain
itu jenis konstruksi kain berpengaruh
terhadap sifat tahan
api, semakin berat kain
yang digunakan maka ketahanan api
semakin baik.
Apabila senyawa
tahan api yang digunakan semakin
banyak, maka senyawa tersebut
meresap kedalam konstruksi kain
serta melapisi kain pada permukaan
lebih banyak, sehingga menghasilkan sifat
tahan api yang
lebih baik. Semakin tinggi
konsentrasi, panjang arang semakin
kecil untuk berbagai konstruksi sampai
batas tertentu, yang selanjutnya panjang arang akan naik
lagi.
Adanya
pengaruh variasi konsentrasi zat
terhadap nilai kekuatan tarik yang
diperoleh, dimana semakin
besar konsentrasi zat, kekuatan tarik kain semakin bertambah,
hal ini disebabkan karena adanya pelapisan dan penyerapan
zat tahan api
terhadap serat yang membentuk ikatan
silang dengan serat sehingga kekuatan tarik serat
bertambah.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, dapat
diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Besarnya kekuatan
tarik kain dipengaruhi oleh
konsentrasi resin, dimana
semakin besar konsentrasi
resinnya, maka kekuatan
tarik kain semakin meningkat
hal ini disebabkan karena
adanya pelapisan dari zat
tahan api yang
membentuk ikatan silang dengan serat.
2. Bahan yang
telah disempurnakan dengan zat pyrovatex memiliki sifat tahan
api yang baik
untuk serat kapas.
3. Sifat tahan api pada kain yang
telah disempurnakan akan menurun
apabila kain tersebut
telah mengalami pencucian berulang.
4. Besarnya kekakuan kain dipengaruhi oleh pelemas,
dimana semakin banyak penggunaan
pelemas maka kekakuan kain
semakin menurun.
oleh: Irvan Handri Setyo Budi
Prodi: Teknologi Barang Jadi Tekstil
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
disalin dan diringkas dari judul asli:
“PENYEMPURNAAN TAHAN
API UNTUK PAKAIAN
SERAGAM INDUSTRI BAJA DENGAN
SENYAWA ORGANIK FOSFOR “,TexChem Student Science Fair 2004, Laboratorium Kimia Fisika Tekstil
& Laboratorium Pencapan Penyempurnaan.
peneliti: Shinta Citra N, Taufiq F,
Wawan G, Yanti R . Mahasiswa Kimia Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Jl.
Jakarta No. 31, Bandung 40272. Telp.: 022 7272580
0 komentar:
Plaas 'n opmerking